Senin, 24 Februari 2014

RESEPSI SASTRA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana 'pembaca' memberikan makna terbadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif. Yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memabami karya itu, atau dapat melihat hakikat estetika, yang ada di dalamnya. Atau mungkinjuga bersifat aktif yaitu bagaimana ia merealisasikan 'nya. Karena itu, pengertian resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan. Dengan resepsi sastra terjadi suatu perubahan (besar) dalam penelitian sastra, yang berbeda dari kecenderungan yang biasa selama ini. Selama ini tekanan diberikan kepada teks, dan untuk kepentingan teks ini, biasanya untuk pemahaman 'seorang peneliti' mungkin saja pergi kepada penulis (teks)~. (Umar Joous, 1985: 1).

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dikajikan dalam makalah ini adalah Resepsi sastra dari masalah ini dapat dibentuk beberapa masalah diantaranya yaitu :
1.      Apa yang dimaksud Resepsi Sastra ?
2.      Sejarah Resepsi Sastra.
3.      Penerapan Metode Penelitian Resepsi Sastra.

C.     TUJUAN
Supaya para pembaca mengetahui tentang Resepsi sastra  dan dapat memahami isi dari makalah ini.
D.    MANFAAT  MAKALAH
Agar mahasiswa dapat mengerti apa itu Resepsi Sastra.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    RESEPSI SASTRA
Istilah resepsi sastra berasal dari kata REZEPTIONEASHETIC, yang dapat disamakan dengan literary response(penerimaan estetika) sesuai dengan aestehetic of reception (junus, 1984: 2) dan disebut estetika resepsi oleh pradopo (2002:23).
Resepsi sastra  berpandangan bahwa pada dasarnya karya sastra adalah polisemi. Tetapi bukan tidak mukin seorang pembaca dalam suatu waktu tertentu hanya akan melihat  satu”arti” saja. Atau mereka hanya memberikan takanan pada satu”arti” tertentu dan mengabaikan “arti” lainnya.Dengan demikaian “ari” dikonkretkan dengan hubungan oleh khalayak. Sesuai dengan pembawaan karya itu kepada khalayak, sehinga ia mempunyai akibat (junus, 1984 :2).
REZEPTIONGESCHICHATE adalah sebuah pendekatan yang khusus memperhatika resepsi karya sastra dalam rangka kesastraan, dalam keterlibatannya dengan karya lain, berdasarkan horizon harapan pembaca. Singkatnya, perwujutan karya sastra dalam rangka sistemik dan sejarah sastra oleh pembaca tertentu. Dalam teori resepsi sastra ini, funsi pembaca demikian penting dalam memberikan tangapan atau resepsi karya sastra.horison harpan pembacalah yang akan menentukan bagai mana resepsinya terhadap sebuah karya sastra.
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang memiliki teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tangapan. Dalam memberikan sambutan dan tagapan tentunya dipangaruhi oleh faktor ruangan, waktu, dan golongan sosial.
Resepsi berasal dari bahasa latin yaitu recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pemaca. Dalam arti luas resepsi resepsi disrtikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadapnya. Respon yang dimaksutkan tidak dilakukan antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode tertetu.
Resepsi Sastra Resepsi berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris) yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas yaitu, pengolahan teks dan cara-cara pemberian makna terhadap karya sastra, sehingga memberikan respon terhadapnya. Aliran sastra ini meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan pada karya sastra. Endaswara (2003:118) mengemukakan bahwa resepsi berarti menerima atau penikmatan karya sastra oleh pembaca.
Resepsi merupakan aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak kepada pembaca dengan memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Dalam meresepsi sebuah karya sastra bukan hanya makna tunggal, tetapi memiliki makna lain yang akan memperkaya karya sastra itu.
Penelitian resepsi sastra pada dasarnya merupakan penyelidikan reaksi pembaca terhadap teks sastra (Endraswara, 2003:119). Sejalan dengan pendapat Ingarden (dalam Taum, 1997:57), bahwa setiap karya sastra prinsipnya belum lengkap karena hanya menghadirkan bentuk skematik dan sejumlah “tempat tampa batas” yang perlu dilengkapi secara individual menurut pengalamannya akan karya-karya sastra lain. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh pembaca (penonton) terhadap karya sastra dapat ditanggapi dengan positif atau sebaliknya. Tanggapan (sambutan) pembaca pada dasarnya akan sampai pada pemaknaan karya sastra itu sendiri. Namun, sejauh kelengkapan teks sastra tersebut tidak pernah sempurna, maka yang harus dilakukan adalah dengan melengkapi stuktur karya sastra itu oleh pembaca dengan melakukan konkretisasi (penyelarasan atau pengisian makna oleh pembaca). Dari reaksi pembaca yang berbeda-beda memungkinkan pembaca akan memberi penilaian pada karya sastra dengan memanfaatkan kode-kode tertentu menurut pemahamannya (Endraswara, 2003:120).
Menurut Pradopo (2007:218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Teeuw (dalam Pradopo 2007:207) menegaskan bahwa resepsi termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai menikmat karya sastra. Selain itu, pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai.
B.     SEJARAH RESEPSI SASTRA
Masalah – masalah yang berkaitan dengan kompetensi pembaca mulai timbul di kalangan strukturalis praha,dengan adanya pergeseran pandangan dari analisi unsur menuju ke aspek – aspek di luarnya yang dikenal sebagai strukturalisme dinamik yang dikemukakan oleh mukarovsky sekitar tahun 1930,dilanjutkan oleh felix vodicka,muridnya jusz.
Resepsi sastra tampil sebagai sebuah teori dominan sejak tahun 1970-an dengan pertimbangan :
a)    Sebagai jalan keluar untuk mengatasi strukturalisme yang dianggap hanya memberikan perhatian terhadap unsur – unsur.
b)   Timbulnya kesadaran untuk membangkitkan kembali nilai – nilai kemanusin dalam rangka kesadaran humanis universal.
c)    Kesadaran bahwa nilai – nilai karya sastra dapat dikembangkan hanya melalui kompetensi pembaca.
d)   Kesadaran bahwa nilai karya seni disebabkan oleh pembaca.
e)    Kesadran bahwa makna terkandung dalam hubungan ambiguitas antara karya sastra dengan pembaca.
Dalam menganalisis penerimaan suatu karya ada hal-hal berikut mengapa kita penting mempelajari resepsi sastra.
a)    Rekontruksi kaidah sastra dan kompleks anggapan tentang sastra pada suatu masa.
b)   Rekontruksi sastra suatu masa,misalnya mengenai kelompok karya yang biasanya menjadi objek penilian yang ada ketika itu,dan lukisan tentang hirarki atau urutan nilai sastra pada suatu masa.
c)    Studi tentang konkretisasi karya sastra (yang semasa dan yang lalu ),misalnya studi tentang bentuk sebuah sastra,terhadap mana kita lontarkan pengertian kita mengenai masa itu ( melalui kongkretisasi yang krisis ).
d)   Studi tentang keluasaan pengaruh / kesan dari suatu karya ke dalam lapangan sastra / bukan sastra. ( vodicka,dalam umar junus,1985 : 31 ).
C.     RESEPSI  DAN  PENAFSIRAN
            Luxemburg,dkk.( 1984 : 62 ) membedakan antara resepsi dan penafsiran.ciri –ciri penerimaan atau resepsi adalah reaksi,baik langsung maupun tidak langsung.penafsiran bersifat lebih teoritis dan sistematis oleh karena itu termasuk bidang kritik sastra.
            Resepsi novel disurat kabar termasuk resepsi,sedangkan pembicaraan novel tersebut di majalah ilmiah termasuk pernafsiran.namun dalam perkembangannya sekarang resepsi sastra sudah di sertai dengan penafsiran dan bahkan penafsiran yang sangat rinci.
D.    SISTEMATIKA UNSUR - UNSUR RESEPSI SASTRA DAN   PROBEMATIKANYA
a.    Pembaca
Pembaca karya sastra terbagi dua yaitu pembaca biasa dan pembaca ideal.pembaca ideal dibagi  yaitu “ pembaca yang implist “ dan pembaca yang ekplist.
Pembaca biasa adalah pembaca dalam arti sebenarnya,yang menbaca suatu karya sebagai karya sastra,bukan sebagai bahan penelitian.dalam resepsi  sastra diperhatikan bagaimana reaksi pembaca biasa ini terhadap suatu karya sastra.
Pembaca ideal adalah pembaca yang dibentuk / diciptakan oleh penulis atau peneliti dari pembaca ( pembaca ) biasa berdasarkan variasi tanggapan mereka yang tak terkontrol berdasarkan kesalahan dan keganjilan tanggapan mereka,berdasarkan kompetensi sastra mereka yang putus-putus , atau berdasarkan berbagai variable lain yang menggangu. Dengan begitu, dalam resepsi sastra,”kesalahan” pemahaman bukan kesalahan, tapi suatu yang wajar.
Ø Pembaca implisip ialah pembaca yang memaikan peranan yang memainkan peranan bagaimana suatu teks dapat dibaca.
Ø Pembaca eksplisit adlah pembaca kepda siapa suatu teks diucapakan. pembaca itu mungkn dinyatakan secara langsung sebagai mana yang ada.

b.    Legitikal dan poetical
Ø Legetikal ; suatu teori bagaiman proses pembacaan dari seorang pembaca diterangkan dan juga bagaiman semestinya suatu penerimaan dalam suatu proses pembacaan.
Ø Poetica ; teori tentang cara suatu teks dapat dilukiskan sesuai dengan presepktip estetika karya itu.
c.    Horison penerimaan dan kongretisasi
Diistilahkan dengan cakrawala harapan atau horison penerimaan. Horizon harapan adalah harapan-harapan seseorang pembaca terhadap karya sastra.
Klasipikasi horiso harapan
Ø Periodisasi sastra
Ø Karya (ragam) sastra
Ø Pengrang
E.     PENERAPAN METODE PENELITIAN RESEPSI SASTRA
            Penelitian resepsi sastra pada penerapannya mengacu pada proses pengolahan tanggapan pembaca atas  karya sastra yang dibacanya.
            Metode resepsi sastra mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbit selalu mendapatkan tanggapan dari pembacanya.Menurut Jauss : apresiasi pembaca pertama akan dilanjutkan dan di perkaya melalui tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi.
           



Metode penelitian sastra menjadi dua metode,yaitu metode resepsi sinkronis dan metode resepsi diakronis.
1.    Penerapan metode resepsi sinkronis
Penelitian resepsi sastra dengan metode sinkronis adalah penelitian resepsi sastra yang menggunakan tanggapan pembaca sezaman,artinya pembaca yang menggunakan sebagai responden berada dalam satu periode waktu.
2.    Penerapan metode resepsi diakronis
Penelitian resepsi sastra dengan metode diakronis merupakan penelitian resepsi sastra yang dilakukan terhadap tenggapan – tanggapan pembaca dalam beberapa periode.tetapi periode waktu yangdi maksud masih berada dalam satu rentang waktu.
Misalnya penelitian singkronis dilakukan untuk mengetahui tanggapn pembaca terhadap novel-novel anak seri kecl-kecil punya karya dan pengaruhnya terhadap gaya hidup anak-anak, sedangkan penelitian diakronis dilakukan untuk mengetahaui unsur-unsur hedonisme dalam novel-novel anak seri Kecil-Kecil punya karya sejak kemunculannya(2003)hingga kini(2012).
F.      METODE PENELITIAN
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian sinkronis adalah sebagai berikut
1.    Penentuan sumber data penelitian, berupa teks yang akan diteliti dan pembaca yang akan diminta tanggapannya.
2.    Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara, maka peneliti harus menentukan terlebih dahulu responden penlitian, sejumlah populasi dan sampel yang akan digunakan.
3.    Pengolahan data (hasil wawancara)dengan caramenguraidan menganalisisnya sesuai dengan rumusan masalah.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian diakronis adalah sebagai berikut :
1.             Penentuan sumber data penelitian, berupa teks yang akan yang diteliti dalam rentang waktu tertentu.
2.             Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan referensi yang mendukung penelitian, baik diperpustakaan atau media massa .
3.             Pengelolahan data dengan cara mengurai dan menganalisisnya sesuai dngan rumusan masalah.
Kelebihan dan kelemahan metode penelitian  resepsi sastra
Masing-masing metode dalam penelitian mempunyai kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dalam penelitian resepsi sastra. Masing-masing metode, baik sinkronis maupun diakronis, mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Resepsi sinkronis maupun diakronis mempunyai beberapa kelemahan dari segi proses kerjanya, menurut abdullah penelitian yang tergolong eksperimental dapat mengalami beberapa kendala saat pelaksanaannya di lapangan.penelitian ekperimental dinilai sangat rumit, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihan teks sastra dan penentuan teori.
Kelebihan dan penelitian resepsi sinkronis atau eksperimental ini antara lain
1)        Reponden dapat ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu.
2)        Penelitian resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan kritik atau ulasn mengenai karya sastra.
3)        Dapat dilakukan pada karya sastra populer.
G.    KEKUATAN DAN KELEMAHAN
1. Penelitian Sinkronis
Kekuatan penelitian sinkronis adalah sebagai berikut :
a)    Reponden dapat ditentukan tanpa harus mencari artikel kritik sastranya terlebih dahulu.
b)   Penelitian resepsi sinkronis dapat dilakukan secara langsung tanpa menunggu kemunculan kritik atau ulasan mengenai karya sastra.
c)    Dapat dilakukan pada karya sastra populer .
Sedangkan, kelemahannya adalah sebagai berikut :
a)    Karna tergolong penelitian eksperimental dapat mengalami beberapa kendala saat pelaksanaannya di lapangan, khususnya dalam pemilihan responden, pemilihn teks sastra, dan penentuan teori.
b)   Hanya dapan digunakan untuk mengetahaui tanggapan pembaca pada satu karun waktu sehingga apabila diterapkan untuk karya sastra yang terbit beberapa tahun yang lalu, akan sulit membedakan antaratanggapan yang dulu dan masa sekarang.
2.Penelitian Diakronis
Kekuatan penelitian diakronis adalah sebagai berikut :
a)    Penelitian dapat melakukan penelitian atas hasil-hasil intertekstual,penyalinan, penyaduran, mampu penerjemaha, yang berupa karya sastra turunan.
b)   Peneliti juga dapat menerapkan teori lain, seperti teori intertekstualitas, teori sastra bandingan, teori filologi, dan beberapa teori lain yang mendukung.
c)    Penelitian dengan mudah mencari data, yaitu tanggapan pembca ideal terhadap suatu karya sastra.
Sedangkan kelemahan penelitian diakronis adalah sebagai berikut :
a)    Umumnya peneliti pemula akan mengalami kesulitan dalam menentukan karya sastra yang dijadikan objek penelitian. Karna umumnya karya sastra yang dikenal banyak orang telah diteliti resepsinya oleh peneliti-peneliti terdahulu.
b)   Selain itu dalam penelitian terhadap karya sastra turunan, khususnya hasil intertestual, penelitian akan kesulitan dalam menemukan teks asal dari karya sastra turunan tersebut.
            Pada penelitin resepsi diakronis, penelitian dapat melakukan penelitin atas hasil-hasil intertekstual, penyalinan, penyaduran,maupun penerjemahan, yang berupa karya sastra turunan. Kelebihan lain dari penelitian resepsi diakronis adalah kemudahan penelitian dalam mencari data, yaitu tanggapan pembaca ideal terhadap suatu karya sastra

BAB III
PENUTUP

Resepsi sastra beorientasi pada pendekatan pragmatik yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dalam karya sastra. Tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra sejak dari dulu hingga sekarang akan berbeda-beda antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakrawala harapannya.
Demikian makalah yang dapat kami buat semoga dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa yang membaca dan makin menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Makalah ini kami buat agar kita semua dapat memperlajari tentang Resepsi Sastra dan dapat kita mengerti dalam isi dan maksudnya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.


DAFTAR PUSTAKA
 Fokkema, D.W dan Elrud KunnnIbsch terjemahan J. Praptadiharja.1998. Teori Sastra Abad Kedua Puluh. Jakarta: 1998
 Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

 Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar


Semoga bermaan faat men,,,,,,,

Sabtu, 22 Februari 2014

Makalah Faktor - faktor menyimak

KATA PENGANTAR
Puji  syukur  kami  panjatkan  kehadirat  Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya   kepada    kami   sehingga   kami   berhasil   menyelesaikan   Makalah  ini  yang alhamdulillah  tepat  pada  waktunya  yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak”.
 Makalah   ini   berisikan  tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak yang  akan  kami  bahas secara lebih  dalam, karena selain kita perlu memahami dan mengerti apa  itu keterampilan menyimak, kita juga perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menyimak itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran  dari semua pihak yang bersifat  membangun  selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
       Akhir kata,  kami  sampaikan  terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam   penyusunan   makalah   ini  dari   awal  sampai  akhir.  Semoga dari makalah ini,  kita  dapat menambah pengetahuan mengenai Faktor-faktoryang mempengaruhi Menyimak.
Singkawang,....Oktober 2013

                         Kelompok 7






KATA PENGANTAR                       ................................................................... i
DAFTAR ISI                                      ................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN                 ................................................................... 1
a.       Latar Belakang                        ................................................................... 1
b.      Rumusan Masalah                   ................................................................... 1
c.       Tujuan Makalah                      ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN                  ................................................................... 3
A.    PENGANTAR                       ................................................................... 3
B.     FAKTOR FISIK                    ................................................................... 3
C.     FAKTOR PSIKOLOGIS       ................................................................... 4
D.    FAKTOR PENGALAMAN  ................................................................... 5
E.     FAKTOR SIKAP                   ................................................................... 6
F.      FAKTOR MOTIVASI           ................................................................... 6
G.    FAKTOR JENIS KELAMIN            ................................................................... 7
H.    FAKTOR LINGKUNGAN   ................................................................... 8
I.       FAKTOR PERANA DALAM MASYARAKAT..................................... 9
J.       KEBIASAAN JELEK DALAM MENYIMAK.........................................9
K.    MENGAPA ORANG TIDAK MENYIMAK............................................13
L.     PERILAKU JELEK DALAM MENYIMAK............................................14
M.   KESALAH PAHAMAN         ...................................................................15
N.    ANEKA PERMASALAHAN MENYIMAK............................................16
BAB III PENUTUP                           ................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA                         ...................................................................19



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh informasi menangkap isi atau pesan dan memahami makna komunikasi pembicara melalui ujaran lisan. Keterampilan menyimak tidak bias dilepaskan begitu saja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya oleh karena itu selain kita perlu mengerti dan memahami apa itu keterampilan menyimak, kita juga harus tahu faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Banyak faktor yang memepengaruhi menyimak, diantaranya kebiasaan-kebiasaan jelek dalam kegiatan menyimak, mengapa orang tidak menyimak, kebiasaan umum menyimak yang baik perilaku menyimak yang jelek, salah paham dan aneka masalah dalam menyimak, oleh karena itu di dalam makalah ini akan kami bahas secara lebih dalam dan terperinci satu persatu faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak tersebut, sehingga dari makalah ini kita dapat menambah pengetahuan kita mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi menyimak :
a. Apa saja berbagai faktor yang dapat memengaruhi kegiatan menyimak?
b. Apa saja kebiasaan jelek dalam menyimak?
c. Mengapa orang tidak menyimak?
d. Apa saja perilaku penyimak yang jelek?
e. Mengapa bisa terjadi salah paham dalam menyimak?
f. Apa saja aneka masalah dalam menyimak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi menyimak :
a.Untuk mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi kegiatan menyimak.
b.Untuk mengetahui apa saja kebiasaan jelek menyimak.
c.Untuk mengetahui mengapa orang tidak menyimak.
d.Untuk mengetahui perilaku penyimak yang jelek.
e.Untuk mengetahui mengapa bisa terjadi salah paham dalam menyimak.
f.Untuk mengetahui aneka masalah dalam menyimak.












BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGANTAR
Dalam bab ini kita akan perbincangkan secar berturut-turut hal-hal yang menyangkutkan masalah :
1)   Berbagi faktor yang dapat memengaruhi kegiatan menyimak,
2)   Kebiasaan – kebiasaan jelek dalam kegitan menyimak,
3)   Mengapa orang tidak menyimak,
4)   Kebiasaan umum menyimak yang baik,
5)   Perilaku penyimak yang jelek,
6)   Salah paham,dan
7)   Aneka masalah dalam menyimak
Faktor yang Memengaruhi Menyimak
Menurut tiga pakar (Hunt; 1981 : 19-20), (Webb, 1975: 137-9), (logan, 1972: 49-50), faktor-faktor pemengaruh menyimak dapat disimpulkan menjadi delapan. Yaitu :

B. FAKTOR FISIK
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar, dalam keadaan yang serupa itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar, atau dia mungkin kehilangan ide-ide pokok seluruhnya.
Kondisi fisik yang menentukan dalam menyimak, yaitu :
a.Kondisi fisiknya jauh di bawah gizi normal
b.Sangat lelah
c. Mengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal
Lingkungan fisik yang juga menentukan dalam menyimak, yaitu :
a.Ruangan yang terlalu panas, lembab atau pun terlalu dingin
b.Suara atau bunyi bising yang menganggu dari jalan dan ruangan sebelah
c.Para hadirin yang bergerak atau berjalan kian kemari seenaknya sehingga mengganggu orang yang sedang menyimak.
d.Siswa yang membawa atau memegang benda yang berisik dan mengganggu, seperti kelereng di dalam saku, handphone yang berbunyi, dan lain-lain.
Faktor fisik pembicara :
a.Pembicara membuat gerak-gerik yang canggung di ruangan.
b.Suara pembicara yang membisankan atau intonasi yang mendatar apalagi  melengking.
c.Pengajian pembicara yang tidak menarik.
Walau nampaknya faktor-faktor fisik tersebut bersifat sepele namun pembicara atau pengajar haruslah bijaksana dan banyak pengalaman agar selalu memperhatikan hal-hal tersebut agar proses kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditentukan, karena faktor fisik yang prima merupakan modal utama bagi penyimak.

C. FAKTOR PSIKOLOGIS
Selain faktor fisik, faktor yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi atau faktor psikologis juga mempengaruhi dalam kegiatan menyimak, yaitu sebagai berikut :
a.Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan
b.Keegosentrisan (mementingkan diri sendiri), yaitu sikap penyimak yang hanya mementingkan diri sendiri sehingga pembicara dan apa yang disampaika oleh pembicara tidak di tanggapi dengan serius.
c.Kepicikan atau pandangan tidak luas. Yaitu keterbatasan pandangan atau wawasan penyimak terhadap bahan simakan yang menimbulkan salah makna atau salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara.
d. Bosan dan jenuh, yaitu kondisi penyimak yang sudah bosan atau jenuh terhadap bahan simakan yang mungkin terlalu panjang atau terlalu monoton sehingga penyimak menjadi bosan, kemudian enggan untuk melanjutkan simakan.
e.Sikap tidak sopan, yaitu sikap dan kesopanan sangat mempengaruhi proses menyimak , jika kita menyimak dengan sikap yang sopan maka kita akan nyaman dalam menyimak, begitu pula jika pembicara menyampaikan pembicaraan dengan sikap yang sopan kita akan menganggap baik kepada pembicara dan kita akan lebih mudah melakukan simakan.
Dari faktor psikologis di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada dua faktor psikologis yang mempengaruhi menyimak, yaitu :
1) Psikologis positif, maksudnya latar belakang hidup yang menyenangkan, yaitu proses menyimak akan berjalan dengan baik jika suasana hati dan pikiran penyimak dalam keadaan tenang dan menyenangkan. Juga Penentuan minat dan pilihan. Yaitu proses menyimak akan berjalan dengan baik jika bahan yang akan disimak oleh penyimak sesuai dengan minat dan pilihannya, jika bahan yang disimak sesuai dengan pilihan maka penyimak akan dengan penuh kesungguhan dalam menyimak, namun sebaliknya jika bahan simakan tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan minat dan pilihan penyimak maka penyimak akan setengah-setengah dan tidak serius dalam menyimak.
Kecerdasan emosional, yaitu kemampuan yang baik pada penyimak untuk cepat dalam menanggapi, memahami, dan merespon simakan. Faktor ini akan mempengaruhi apakah penyimak tangkas atau tidaknya dalam menyimak.
2) Psikologis negatif, maksudnya memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak seperti yang telah dijelaskan di atas.

D. FAKTOR PENGALAMAN
Sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan serta pengalaman kita sendiri, maka dari itu pengalaman dari seorang pendidik sangat menentukan dalam menyimak, seperti :
a. Pertumbuhan dan perkembangan sikap mempengaruhi minat menyimak, yaitu jika kita mempunyai minat terhadap sesuatu dan saat menyimak membahas tentang minat yang kita gemari maka kita akan merasa senang untuk menyimaknya, misal hobby atau minat terhadap sesuatu.
b.Sikap-sikap yang antagonistik, sikap-sikap yang menentang, serta bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan.
c.Kosa kata simak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak.
d.Makna yang dipancarkan oleh kata-kata asing cenderung untuk mengurangi serta menyingkirkan perhatian para siswa, karena ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.

E. FAKTOR SIKAP
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai du sikap utama mengenai segala hal,yaitu sikap menerima dan sikap menolak.orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya,terapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.Banyak faktor sikap yang mempengaruhi kegiatan menyimak yaitu sebagai berikut :
a. Pokok-pokok pembicaraan yang kita setujui cenderung akan kita simak secara seksama dan penuh perhatian.
b.Pembicara harus memilih topik yang disenangi oleh para penyimak.
c.Pembicara harus memahami sikap penyimak karena merupakan modal penting bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian menyimak.
d.Penampilan pembicara yang mengasyikkan dan mengagumkan, sehingga membentuk sikap positif para siswa.

F. FAKTOR MOTIVASI
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan menyimak,motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. berikut faktor motivasi yang menentukan tersebut ;
a.Memiliki motivasi yang kuat dalam mengerjakan sesuatu terutama menyimak
b.Melibatkan system penilaian kita sendiri sehingga kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga dari isi pembicaraan itu dengan sendirinya kita akan bersemangat untuk menyimaknya.
c.Penyimak mengajukan pertanyaan “Apa dan apalagi yang dapat saya petik dari ceramah sang pakar ini?” karena pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang tepat dan sahih.
d.Penyimak tidak yakin akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari pembicaraan.
e.Penyimak harus percaya bahwa penyimak mempunyai sifat kooperatif tenggang hati, dan analitis sehingga kita menjadi penyimak yang baik dan unggul.

G. FAKTOR JENIS KELAMIN
Walaupun “ kepala sama bebulu “,jelas bahwa perhatian kita berbeda-beda.begitu pula kebiasaan – kebiasaan menyimak kita dapat berbeda – beda satu sama lain.perbedaan ini turut pula ditentukan oleh perbedaan jenis kelamin.
Perbedaan Gaya Menyimak
Pria
Wanita
Objektif
Subjektif
Aktif
Pasif
Keras hati
Simpatik
Analisis
Difusif
Rasional
Sensitif
Tidak mau mundur
Mudah terpengaruh
Netral 
Cenderung memihak
Intrusif
Mudah mengalah
Berdikari
Reseptif
Swasembada
Bergantung
Menguasai emosi
Emosional
Dengan pengetahuan sekadarnya mengenai perbedaan gaya menyimak pria dan wanita ini,para guru dapat lebih bijaksana menghadapi para siswa putra dan siswi putri dalam kegiatan menyimak dalam kelas,misalnya dalam pemilihan bahan dan cara mengevaluasi keberhasilan keaktifan atau kegiatan menyimak itu.

G. FAKTOR LINGKUNGAN
a. Lingkungan Fisik
Dalam mempertimbangkan lingkungan fisik.ruangan kelas merupakan suatu faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak,hal ini penting untuk menaruh perhatian pada masalah-masalah sarana-sarana akustik,agar para siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan.
1)Di dalam ruangan guru harus dapat mengatur  dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak dan disimak.
2)Sarana kerja harus ditempatkan berdekatan satu dan lainnya sehingga para siswa dapat berkomunikasi dengan baik bahkan harus dapat meningkatkan penyimakan yang baik.
3)Guru harus berbicara dengan suara yang menyenangkan, memberikan pengarahan yang jelas dan tepat lagi tegas.
 4)Guru harus menampilkan kegiatan yang dapat memotivasi atau mendorong anak didik untuk dapat dengan mudah mengganti peranan mereka sebagai penyimak dan pembicara. Seperti, ikut dalam diskusi panel, symposium, dan seminar.

b. Lingkungan Sosial
Guru menciptakan suasana yang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide memang penting sekali diterapkan kalau keterampilan berkomunikasi dan seni berbahasa dikembangkan dan berkembang, jadi nyatalah suasana saat guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka memang sesuai dan sejalan dalam perencanaan kurikulum secara keseluruhan.


I. FAKTOR PERANA DALAM MASYARAKAT
Contoh faktor peranan dalam menyimak :
a.Peranan sebagai guru dan pendidik
Ingin sekali menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televise yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air maupun luar negeri.
b.Sebagai seorang berpendidikan (mahasiswa)
Mahasiswa harus dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian dibandingkan dengan karyawan harian sebuah perusahaan.
c.Sebagai spesialis dan pakar dari berbagai profesi seperti hakim, psikolog, antropolog, sosiolog, apoteker dan lainnya.
Pasti akan haus menyimak hal-hal yang ada kaitannya dengan mereka dengan profesi dan keahlian mereka, yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka.
J. KEBIASAAN JELEK DALAM MENYIMAK
1. Menyimak Lompat Tiga
Orang berbicara mempergunakan kata-kata dengan kecepatan kira-kira 125 buah kata per menit dan kebanyakan orang dapat berpikir dengan mudah dengan kecepatan empat kali dari kecepatan berbicara tadi, dan ternyata hal ini amat susah sekali karena akan memeperlambat kecepatan berpikir kita, sebab kita mempunyai kira-kira 400 kata per menit untuk berpikir untuk menghadapi orang yang berbicara kepada kita.
Berikut ini adalah hal-hal yang membantu penyimak agar dapat menghindari petualangan mental berpikir, seperti pikiran kita di tempat lain atau tentang hal lain :
a.Mengetahui terlebih dahulu apa yang harus dikatakan oleh pembicara, Tanya pada diri kita sendiri “Apa yang hendak ditemukan oleh pembicara? Maksud apa yang hendak dicapainya?”.
b.Merangkum secara mental apa yang dikatakan dan tujuan yang telah dicapai oleh pembicara.
c.Mempertimbangkan keterangan pembicara dengan jalan menanyakan secara mental, seperti fakta-fakta yang dikemukakan.
d.Mendengarkan, menyimak yang “tersirat”, seperti perubahan nada suara, gerak-gerik tangan dan mimik mengandung makna tertentu.

2. Menyimak “Saya dapat Fakta”
Ketika menjadi penyimak yang baik, tentu kita akan menyimak ide-ide utama gagasan-gagasan penting, fakta-fakta yang disodorkan, kemudian pertimbangkanlah satu terhadap lainnya dan menyusun hubungannya satu sama lain, garaplah ide-ide bukan hanya terbatas pada serangkaian fakta yang kebetulan dapat diingat saja.
3. Noda Ketulisan Emosional
Demi kegiatan menyimak yang lebih baik dan tepat guna perhatikanlah reaksi kita terhadap kata-kata yang menimbulkan noda ketulisan emosional seperti seks, pelacur, komunis, koruptor, tukang kredit, panti pijat, tuan tanah dan pembunuhan, dan lain-lain, kata-kata seperti itu sebaiknya ditandai dan analisislah baik-baik untuk lebih mendalam mengapa kata-kata tersebut mengganggu, penilaian dan telaah yang seksama biasanya akan mencerminkan bahwa sebenarnya kata-kata tersebut tidak akan mengganggu sama sekali.

4. Menyimak Supersensitif
Ketika kita telah mengembangkan pendapat atau prasangka yang mendalam, seorang yang berbicara kepada kita mungkin tanpa disadari secara lisan akan menghina kita dengan kata-kata yang menusuk hati, dan secara spontan kita akan menghentikan simakan kita terhadapnya, kita mencoba menginterupsinya, merencanakan suatu pertanyaan pelik yang memalukannya ataupun bantahan yang benar-benar menusuk hatinya, oleh karena itu sebelum hal itu terjadi awasilah diri kita sendiri dan selalulah simak baik-baik ujaran, cermah, kuliah, dan pidato orang tersebut, setelah dia selesai berbicara barulah rencanakan pertanyaan-pertanyaan serta bantahan yang akan dilontarkan kepadanya.

5. Menghindari Penjelasan yang Sulit
Biasanya kita menghindari penjelasan yang sulit dari suatu pembicaraan sehingga kegiatan menyimak menjadi tidak efektif, oleh karena itu simaklah baik-baik diskusi mengenai subjek yang menuntut upaya untuk memahami dan mengerti makna seperti komentar-komentar di suatu diskusi panel, karena masalah bukan untuk dihindari tapi untuk dipecahkan atau diselesaikan.

6. Menolak secara Gegabah suatu Subjek sebagai Sesuatu yang Tidak Menarik
Adakalanya ketika pembicara membicarakan hal atau sesuatu yang tidak menarik, kita pasti akan menutup diri, menjauhkan perhatian dari ujarannya, dan membiarkan pikiran kita berkelana ke topik-topik yang lebih menyenangkan. berikut adalah cara untuk memperbaiki kebiasaan jelek dalam menyimak tersebut:
a.Mengadakan suatu rancangan atau pendekatan egois, mengingat kepentingan sendiri.
b.Walaupun subjek tidak menarik perhatian namun jangan dilupakan bahwa subjek tersebut memiliki ide baik yang hendak disajikannya.
c.Hargailah dan manfaatkanlah ide-ide apa saja yang disumbangkan pembicara.

7. Mengkritik Cara dan Gaya Fisik Pembicara
Terkadang kita terlalu sibuk mengkritik gaya dan fisik si pembicara sehingga kita lupa untuk menyimak pembicaraannya, jika kita termasuk dalam orang atau tipe yang suka mengkritik secara mental pakaian orang ataupun nada suaranya, sebaiknya tunggu sampai orang tersebut selesai berbicara agar kita dapat memahami isi keseluruhan ujarannya itu.






8. Memberi Perhatian Semu
“Kalau saja saya terlihat menyimak, segala sesuatu beres!”, terkadang ada pribadi yang seperti itu, berpura-pura menyimak tetapi sebenarnya pikirannya tidak berada di situ, mengarahkan kedua matanya dengan tatapan tanpa kedipan ke arah pembicara padahal ia sama sekali tidak memperhatikan atau tidak menyimak isi pembicaraan, oleh karena itu perlu kesadaran dari diri sendiri berhenti untuk berpura-pura menyimak dan mulai mengarahkan perhatian ke arah pembicara.

9. Menyerah pada Gangguan
Banyak gangguan yang datang baik dari sesuatu yang kita dengar maupun sesuatu yang kita lihat, oleh karena itu dibutuhkan konsentrasi, pemusatan pikiran dan usahakan agar perhatian kita tetap pada hal-hal, ide-ide, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pembicara.

10. Menyimak dengan Kertas dan Pensil di Tangan
Terkadang kita mencoba membuat kerangka yang telah diutarakan oleh pembicara, dan menjadi rangkuman yang berupa tanda-tanda, symbol-simbol dan angka-angka sehingga kita lupa bahwa dengan begitu sebenarnya kita hanya “setengah menyimak”, tentu saja tidak akan memberi hasil yang memuaskan.
Oleh karena itu sebaiknya letakkan pensil, pusatkan daya dan pikiran pada kegiatan menyimaksecara serius, atau simaklah terlebih dahulu dengan baik sesudah itu ditulis atau dicatat dalam beberapa kata saja, pergunakanlah kata kunci dalam catatan, karena panjang catatan tidak menjamin mutu catatan. Mencatat harus dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman sedangkan merekam dapat dilakukan tanpa pengertian dan pemahaman. Mencatat bersifat selektif dan kritis, merekam bersifat mekanis dan reseptif penuh.




K. MENGAPA ORANG TIDAK MENYIMAK ?
Ada berapa sebab membuat orang tidak menyimak, antara lain:
1.Orang berada dalam keadaan capek.orang yang capek biasanya  malas menyimak.kalaupun dipaksakan jiuga,dia hanya menyimak setengah-setengah saja,seperti kata peribahasa orang-orang tua : hanya didengaar,tetapi tidak didengarkan,memang didengar tetapi tidak disimak,masuk dari telinga kanan keluar dari telinga kiri.
2.Orang berada dalam keadaan tergesa-gesa.orang yang berada dalam keadaan tergesa-gesa pun tidak akan dapat menyimak dengan baik.ketergesa-gesaan,secara eksplisit,menyatakan ketidaktenangan.
3. Orang berada dalam keadaan bingung,pikiran sedang kacau.pada saat pikiran sedang bingung,sulitlah kita dapat menyimak dengan baik.
4.Orang yang dapat dibingungkan oleh faktor-faktor lain :
a.Ucapan-ucapan yang munafik
b.Penyimak dijejali dengan pesan bernada memerintah ataupun berbau slogan politik
c.Banyak perintah birokratis
d.Cenderung menjauhkan diri dari prasangka-prasangka
Golongan orang yang banyak menyimak pada diri sendiri sehingga tidak memiliki waktu mendengarkan atau menyimak orang lain:
1.Tipe bunga karang (tipe penyerap).orang yang termasuk kedalam tipe ini memang tampaknya menyerap kata-kata dari pembicara,tetapi sayang tidak mencernakanya lebih lanjut,tidak menyelami dan memahami maknanya.
2.Tipe orang berdikari (menolak untuk menyimak).karena dia tahu pasti bahwa dia lebih tahu dari orang yang berbicara itu.
3.Tipe seniman ingatan (menolak untuk menyimak secara sadar).dia ‘’megingat “ data-data yang dikutip selama percakapan beberapa waktu yang lalu.
4.Tipe orang yang tergoda bukan oleh pribadi tertentu (mendapat informasi dari media).orang yang termasuk tipe ini selalu menghindari diri dari kontak pribadi secara langsung.jadi,dtidak mau menyimak orang lain.dia memperoleh informasi dari buku,radio,televisi,dll.jarang sekali menyimak dari pembicaraan muka demi muka atau dari komunikasi tatap muka.
5.Tipe orang yang menyukai bunyi alamiah (kicau burung serta keriuhan kota merupakan musik bagi perangkat penerima sensitifnya tidak mau mendengar ocehan pembicara)
6.Tipe Estetikus luar biasa (mendengar atau menyimak musik bukan untuk kesenangan atau kenikmatan)
7.Tipe siap tempur (sibuk dengan memikirkan jawaban-jawaban yang akan diajukan, sehingga tidak ada waktu untuk menyimak)

L. PERILAKU JELEK DALAM MENYIMAK
Secara garis besar, perilaku-perilaku yang termasuk jelek atau tidak baik dalam praktik menyimak, sebagai berikut :
1.Tidak mau menerima keanehan pembicara
Pembicara mempunyai cara dan gaya pribadi dalam penampilannya, akibatnya penyimak merasa jengkel dan tidak mau menerima keanehan pembicara sehingga tidak memiliki minat dan perhatian untuk menyimak.
2.Tidak mau memperbaiki sikap
Tubuh penyimak ada di ruang yang sama dengan pembicara namun pikiran dan angannya terbang mengembara ke tempat lain, akibatnya ia tidak memiliki minta untuk menyimak ujaran pembicara.
3.Tidak mau memperbaiki lingkungan
Tidak adanya upaya penyimak untuk pindah duduk ketika dirinya merasa terganggu duduk di tempat duduknya sekarang yang bising atau tempat orang keluar masuk.
4.Tidak dapat menahan diri
Berusaha mengajukan pertanyaan dan tanggapan sebelum pembicaraan belum selesai dan belum diketahui ujung pangkalnya.
5.Tidak mau meningkatkan pembuatan catatan
Mencatat semua ucapan pembicara sebanyak mungkin tanpa menghiraukan ide, gagasan yang perlu dicatat.
6.Tidak tahu dan tidak mau menyaring tujuan khusus
Tidak adanya ketekunan dan tidak adanya perhatian yang terarah, sehingga tujuan menyimak menjadi tidak tentu arah, duduk menjadi tidak tenang, gelisah dan pembicara tidak disimak lagi.
7.Tidak memanfaatkan waktu secara tepat guna
Ketika menyimak ada yang tertidur dan mengantuk padahal menyimak menuntut kesiapsiagaan mementik butir-butir penting, ide-ide berharga dari seorang pembicara.
8.Tidak dapat menyimak secara rasional
Menyimak dengan emosional tanpa melibatkan akal dan pikirannya dalam menerima simakan dari ujaran pembicara.
9.Tidak mau berlatih menyimak hal-hal yang rumit
Tidak mau menyimak hal-hal yang rumit sehingga tidak memahami keseluruhan isi pembicaraan yang dikemukakan oleh pembicara.

M. KESALAH PAHAMAN
Berikut kesalahpahaman yang berkaitan dengan perilaku menyimak :
1. Anggapan bahwa semua perilaku menyimak itu sama saja
Jika kita memeriksa perilaku sendiri dalam satu hari saja, kita akan melihat dengan jelas bahwa perilaku menyimak berubah-ubah secara dramatis dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu pribadi ke pribadi lainnya, karena situasi dan kondisi mengatur perubahan perilaku menyimak seseorang.
2. Anggapan bahwa mendengar dan menyimak sama saja
Mendengar dan menyimak mempunyai makna yang berbeda, mendengar yaitu suatu proses psikologis ketika gelombang-gelombang bunyi ditransformasikan menjadi impuls-impuls atau gerak hati saraf pendengaran, yang pada gilirannya akan berjalan melalui system saraf balik di dalam pengawasan kemauan maupun luar pengawasan kemauan, sedangkan menyimak adalah suatu operasi psikologis yang rumit yang merupakan sarana untuk merasakan butir-butir atau bagian-bagian lambang dan tanda yang telah disandikan oleh system saraf pusat dan system saraf otomatis yang diubah menjadi pesan-pesan yang dapat dipahami.
3.Anggapan bahwa menyimak tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan.
Sejumlah pragramkomersial yang terdapat pada wilayah pengembangan menyimak menyatakan bahwa para penggembleng usaha atau bisnis itu merasakan sebaliknya.
4. Anggapan bahwa hanya sedikit waktu yang diperlukan buat menyimak
Hampir setengah waktu berkomunikasi diperuntukkan untuk menyimak, jadi tidak benar bahwa untuk kegiatan menyimak hanya diperlukan waktu sedikit saja (Mc Cabe & Bender, 1981: 91)

N. ANEKA PERMASALAHAN MENYIMAK
Banyak permasalahan yang mungkin kita temui yang harus dihadapi dalam kegiatan menyimak.salah satu cara untuk meningkatkan suatu kegiatan menyimak itu ialah menilai perilaku kita sendiri ketika menyimak supaya dapat menentukan apakah kita mengunakan kebiasaan – kebiasaan yang mungki mengganggung kegiatan menyimak sehingga tidak tepat guna lagi.
Di antara sekian banyak masalah yang harus kita selesaikan itu,adalah sebagai berikut ini.
1.Masalah pertama : Memprasangkai Pembicara
Lebih memusatkan perhatian pada gaya dan cara penampilan pembicara ketimbang pesan yang hendak disampaikannya.
2.Masalah kedua : Berpura-pura Menaruh Perhatian
Terkadang orang berpura-pura menyimak dengan serius dengan menatap pembicara dengan kedua matanya tetapi sebenarnya perhatiannya bukan tertuju kepada pembicara, pikirannya terbang melayang mengembara ke tempat lain.
3.Masalah ketiga : Kebingungan
Gangguan bisa datang dari suara luar dan di dalam ruangan dapat mengganggu konsentrasi kita, semua itu dapat membuat kita bingung, sehingga dapat menjauhkan kita dari ide-ide pembicara.
4.Masalah keempat : Pertimbangan yang Prematur
Ketika pembicara belum selesai berbicara, terkadang kita sudah mengambil pertimbangan.
5.Masalah kelima : Salah Membuat Catatan
Mencoba menulis terlalu banyak ataupun mencoba menyelesaikan ide-ide pembicara dengan suatu pola yang telah dirancang sebelumnya dapat mengurangi keefisienan menyimak.
6.Masalah keenam : Hanya Menyimak Fakta-fakta
Berbagai telaah menunjukkan bahwa menyimak demi fakta, bukan demi ide atau gagasan, pasti mengurangi ketepatgunaan atau keefisienan kegiatan menyimak.
7.Masalah ketujuh :  Melamun
Karena otak manusia sanggup memproses informasi lebih cepat daripada kecepatan berbicara yang dilakukan oleh banyak pembicara, sehingga masih banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain di luar topik yang disajikan oleh pembicara atau penceramah, penyimak pun menjadi melamun, sehingga mengakibatkan penyimak kehilangan kontuinitas ide-ide pembicara.
8.Masalah kedelapan : Bereaksi Secara Emosional
Kata-kata, gaya, cara penampilan pembicara dapat saja mengundang emosi, sehingga kita tidak menyimak lagi secara rasional, kegagalan menguasai emosi akan mengurangi mutu penyimakan.












BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Kegiatan menyimak tidak hanya perlu dipahami pengertiannya saja namun juga banyak faktor yang mendukung kegiatan menyimak menjadi efektif dan kritis yaitu salah satunya dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak yaitu, Kebiasaan Jelek Menyimak, Mengapa Orang Tidak Menyimak, Perilaku Penyimak yang Jelek, Kesalahpahaman  dalam Menyimak dan Aneka Masalah dalam Menyimak, ketika kita sudah mengerti dan memahami faktor-faktor tersebut maka kita bisa menjadi penyimak yang kritis yang tidak hanya mendengarkan saja namun bisa meniru serta mempraktekkan materi/ bahan yang telah disimak.

B.SARAN
Dari makalah faktor-faktor menyimak di atas, penulis berharap :
a.Mahasiswa bisa mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi kegiatan menyimak
b.Mahasiswa bisa mengetahui kebiasaan jelek dalam menyimak
c.Mahasiswa bisa mengetahui mengapa orang tidak menyimak
d.Mahasiswa bisa mengetahui apa saja perilaku penyimak yang jelek
e.Mahasiswa bisa mengetahui mengapa bisa terjadi salah paham dalam menyimak
f. Mahasiswa bisa mengetahui aneka masalah dalam menyimak

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry G. 2008. Menyimak. Bandung: Angkasa
http://anancasa.blogspot.com/2011/02/faktor-faktor-keberhasilan-menyimak.html
remajasampit.blogspot.com/.../faktor-yang-mempengaruhi-menyimak.html



Semoga bermanfaat untuk kita semua,,,,,,,,selamat mencoba sobb ?